Konstituen Indonesia ikuti Akademi Gender ILO tentang penghapusan kekerasan dan pelecehan di tempat kerja

Konstituen Indonesia mengikuti program pelatihan lima hari dari Akademi Regional ILO tentang Gender, Inklusi dan Masa Depan Asia Pasifik, yang diselenggarakan oleh Pusat Pelatihan Internasional (ITC) ILO Turin.

News | Bangkok, Thailand | 08 December 2022
Perwakilan konstituen dari Indonesia yang diwakili oleh Kementerian Ketenagakerjaan, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) dan Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) berpartisipasi dalam Akademi Regional ILO tentang Gender, Inklusi dan Masa Depan Asia Pasifik dari 28 November hingga 2 Desember di Bangkok, Thailand.

Peserta Regional Akademi Gender ILO yang diadakan di Bangkok, Thailand.

Untuk menghindari terjadinya ketidaksetaraan gender dan lainnya, kebijakan pemulihan ekonomi harus memperhatikan penyebab pola ketidaksetaraan gender yang sudah ada sebelumnya di dunia kerja dan mengatasi kendala struktural yang menghambat akses perempuan ke pekerjaan yang layak."

Chidi King, Kepala Cabang Gender, Kesetaraan, Keanekaragaman & Inklusi (GEDI) dari ILO Jenewa
Diselenggarakan oleh Pusat Pelatihan Internasional (ITC) Turin ILO, Akademi Regional yang juga dikenal sebagai Akademi Gender ini merupakan salah satu acara unggulan dan paling ikonik dari ITC-ILO yang diadakan setiap dua tahun. Ini juga pertama kalinya Akademi diselenggarakan di luar Turin dan memiliki fokus khusus di kawasan Asia-Pasifik. Selama lima hari pelatihan, para peserta diharapkan memiliki pemahaman dan kapasitas yang lebih baik mengenai mandat global dan perspektif regional serta perangkat praktis untuk tindakan mengakhiri kekerasan dan pelecehan di dunia kerja.

Akademi Gender ini diresmikan oleh Chihoko Asada Miyakawa, Direktur Regional ILO untuk Asia dan Pasifik. Saat pelatihan, Chidi King, Kepala Cabang Gender, Kesetaraan, Keanekaragaman & Inklusi (GEDI) dari ILO Jenewa menjelaskan bahwa ”untuk menghindari terjadinya ketidaksetaraan gender dan lainnya, kebijakan pemulihan ekonomi harus memperhatikan penyebab pola ketidaksetaraan gender yang sudah ada sebelumnya di dunia kerja dan mengatasi kendala struktural yang menghambat akses perempuan ke pekerjaan yang layak."

Di akhir Akademi Gender, para peserta diharapkan memiliki kemampuan menganalisis dunia kerja dan tempat kerja dari perspektif gender dan non-diskriminasi; mengidentifikasi langkah-langkah untuk mencegah dan mengatasi ketidaksetaraan, diskriminasi, kekerasan dan pelecehan di tempat kerja dan mengembangkan strategi serta menggunakan alat untuk mengubah pola pikir, membentuk aliansi dan memulai perubahan yang berkelanjutan.

Peserta dari Indonesia di Akademi Gender ILO.

Melalui berbagi pengetahuan tentang praktik terbaik dari peserta yang berasal dari negara-negara Asia dan Pasifik lainnya, saya mendapatkan wawasan baru yang dapat membantu dalam proses pengembangan rencana aksi berdasarkan kondisi dan konteks Indonesia."

Anggara Yudha Zunivar, Analis Hubungan Industrial dan Jaminan Sosial Kementerian Ketenagakerjaan
Mengapresiasi ilmu dan pengalaman yang didapat dari Akademi Gender, Anggara Yudha Zunivar, Analis Hubungan Industrial dan Jaminan Sosial Kementerian Ketenagakerjaan, mengatakan bahwa “ini bukan topik yang mudah. Namun, melalui berbagi pengetahuan tentang praktik terbaik dari peserta yang berasal dari negara-negara Asia dan Pasifik lainnya, saya mendapatkan wawasan baru yang dapat membantu dalam proses pengembangan rencana aksi berdasarkan kondisi dan konteks Indonesia.”

Wawasan serupa juga disampaikan oleh Mira Sonia, Komite Peraturan Ketenagakerjaan Apindo dan Andriani Puspita Ningrum, Analis Perlindungan Perempuan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak. Mereka berdua sepakat bahwa Akademi Gender telah membantu mereka memperluas pengetahuan dan mengembangkan jaringan. Mereka juga ingin berkontribusi dalam pengembangan program dan kebijakan yang lebih baik terkait dengan inklusivitas, kekerasan dan pelecehan di dunia kerja.