Forum Bisnis Indonesia 2022 paparkan kemajuan dan tantangan selama satu dasawarsa dalam industri garmen Indonesia

Better Work Indonesia, sebuah program bersama ILO dan International Finance Corporation (IFC), menyoroti upaya kolektif yang dilakukan oleh industri garmen Indonesia untuk mendapatkan peningkatan yang signifikan dalam kepatuhan terhadap undang-undang dan standar ketenagakerjaan.

News | Jakarta, Indonesia | 16 December 2022
Better Work Indonesia (BWI), program bersama ILO dan International Finance Corporation (IFC), menyelenggarakan Forum Bisnis Indonesia (FBI) tahunan 2022 di Jakarta pada 8 Desember, setelah terhenti selama tiga tahun akibat pandemi COVID-19. Dihadiri oleh lebih dari 150 pembeli internasional, agen, produsen grup, pemegang lisensi, vendor dan pemangku kepentingan terkait BWI secara daring dan luring, FBI juga menandai ulang tahun kesepuluh program tersebut di Indonesia.

Diskusi panel tripartit menelaah isu-isu terkait dampak COVID-19 dan UU Cipta Kerja.
Dampak BWI: Refleksi 10 Tahun”, BWI menyoroti peningkatan signifikan yang ditunjukkan oleh sektor garmen Indonesia dalam kepatuhan terhadap peraturan dan standar ketenagakerjaan serta tantangan yang ada dalam mempertahankan peningkatan tersebut. Laporan tersebut juga menunjukkan upaya kolektif yang dilakukan oleh pekerja dan pengusaha serta merek internasional untuk mencapai prestasi tersebut.

“Kendati ada beberapa tantangan yang signifikan, saya senang melihat bahwa banyak masalah kepatuhan telah diperbaiki melalui penguatan kegiatan dan kesepakatan perundingan bersama serta perbaikan kondisi kerja,” kata Michiko Miyamoto, Direktur ILO untuk Indonesia dan Timor-Leste, dalam pidato pembukaannya.

Kendati ada beberapa tantangan yang signifikan, saya senang melihat bahwa banyak masalah kepatuhan telah diperbaiki melalui penguatan kegiatan dan kesepakatan perundingan bersama serta perbaikan kondisi kerja."

Michiko Miyamoto, Direktur ILO untuk Indonesia dan Timor-Leste, dalam pidato pembukaannya
Selain peluncuran laporan, FBI menghadirkan diskusi panel tripartit, membahas isu-isu terkait dampak COVID-19 dan UU Cipta Kerja, yang dibahas pada Maret 2020, ke sektor garmen Indonesia. Diskusi panel dihadiri oleh Anne Patricia Sutanto, Wakil Ketua Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API), Djoko Heriyono, Ketua Serikat Pekerja Nasional di bawah Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (SPN-KSPI), Surya Lukita Warman, Sekretaris Direktorat Jenderal Kementerian Ketenagakerjaan untuk Hubungan Industrial dan Faisal Basri, ekonom terkemuka dari Universitas Indonesia.

Diskusi tersebut meninjau dan menelaah tantangan ekonomi dan langkah ke depan untuk sektor garmen dengan menyoroti kemungkinan risiko di masa depan dalam mengantisipasi potensi gelombang krisis ekonomi. “Kita mungkin sudah mengetahui bahwa industri dengan pertumbuhan tertinggi K1 hingga K3 tahun ini adalah tekstil dan garmen,” jelas Faisal. "Fesyen dan garmen adalah yang paling terpengaruh, tetapi paling cepat pulih."

Penilaian serupa juga disampaikan oleh Anne selaku perwakilan dari industri garmen yang mengatakan bahwa industri garmen Indonesia terbukti berhasil bertahan dari keterpurukan ekonomi akibat pandemi karena otomatisasi, adaptasi dan kolaborasi dengan pekerja. "Sektor kami bertahan dan berkembang karena kami, bersama dengan serikat pekerja atau mitra kami, bekerja bahu membahu untuk terus menghasilkan produk berkualitas terbaik untuk industri ini," katanya.

Peserta mmencoba mengidentifikasi tindakan pelecehan seksual dari poster yang menggambarkan risiko umum dari situasi kerja sehari-hari.
FBI juga menyoroti pelecehan seksual dan kekerasan di tempat kerja di sektor garmen. Peserta mengikuti latihan di mana mereka harus mengidentifikasi tindakan pelecehan seksual dari poster yang menggambarkan risiko umum dari situasi kerja sehari-hari di berbagai pabrik di seluruh negeri, seperti yang dilaporkan oleh pekerja garmen selama sesi program pelatihan Respectful Workplace Program (RWP) BWI. Latihan tersebut dengan jelas menunjukkan bahwa pelecehan seksual dapat terjadi di semua departemen pabrik garmen serta pelaku dan korbannya bisa siapa saja yang bekerja di pabrik tersebut.

Fesyen dan garmen adalah yang paling terpengaruh, tetapi paling cepat pulih."

Faisal Basri, ekonom terkemuka dari Universitas Indonesia
Untuk mendemonstrasikan tindakan-tindakan yang diambil untuk membuat sektor garmen Indonesia terbebas dari pelecehan dan kekerasan, FBI mengadakan pameran untuk menampilkan upaya-upaya yang dilakukan oleh beberapa pabrik peserta BWI. Pameran tersebut menghadirkan para juara RWP yang menjelaskan upaya pengembangan kebijakan, program pelatihan, sosialisasi dan kampanye serta mekanisme pengaduan.

Selain itu, para peserta dibawa untuk merasakan langsung pencegahan dan penanganan pelecehan seksual menggunakan realitas virtual (VR). Sebagai cara baru untuk belajar mandiri tentang pelecehan seksual, VR bertujuan untuk bekerja pada perubahan perilaku di tingkat individu dan untuk meninjau kebijakan dan mekanisme perusahaan.

Prakarsa pembelajaran mandiri untuk mencegah pelecehan seksual menggunakan realitas virtual.
FBI menyimpulkan dengan identifikasi ketidakpatuhan yang terus-menerus seperti pembayaran lembur. Sekitar 45 persen pabrik peserta BWI berulang kali melaporkan masalah ini. Oleh karena itu, IBF ditutup dengan sesi terakhir yang menekankan perlunya kolaborasi untuk mencapai ekosistem yang lebih kuat dan adil bagi seluruh industri.

Sektor kami bertahan dan berkembang karena kami, bersama dengan serikat pekerja atau mitra kami, bekerja bahu membahu untuk terus menghasilkan produk berkualitas terbaik untuk industri ini."

Anne Patricia Sutanto, Wakil Ketua Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API)
Andi Zuhri, perwakilan dari Columbia Sportswear mengapresiasi sesi interaktif yang diberikan selama FBI satu hari ini. “Dengan dalam sehari, kita bisa belajar tentang refleksi akhir tahun atas pencapaian di tahun 2022, dengan sepuluh tahun keberadaan program dan tantangan industri ke depan. Ini benar-benar acara yang bermanfaat.”

Dilakukan sejak tahun 2012, BWI bertujuan untuk meningkatkan kondisi kerja dan produktivitas di sektor padat karya yang ditargetkan (garmen dan alas kaki) dengan meningkatkan kepatuhan terhadap standar ketenagakerjaan internasional dan undang-undang ketenagakerjaan Indonesia. Ini juga bertujuan untuk mempromosikan produktivitas dan daya saing perusahaan yang terkait dengan rantai pasokan global. BWI bekerja dengan lebih dari 200 pabrik yang mempekerjakan lebih dari 400 ribu pekerja di Jakarta, Jawa Barat dan Jawa Tengah.