Dampak krisis finansial terhadap pekerja migran Indonesia di Jawa Timur

Dalam krisis ekonomi, pekerja migran sering menjadi kelompok yang paling rentan sebab mereka cenderung menjadi kelompok yang paling tidak memiliki kepastian pekerjaan. Sebagai akibatnya, krisis ekonomi global saat inipun tidaklah berbeda sebab para pekerja migran dari banyak negara mendapatkan diri mereka pada situasi yang memburuk.

Press release | 21 April 2009

SURABAYA (Berita ILO): Dalam krisis ekonomi, pekerja migran sering menjadi kelompok yang paling rentan sebab mereka cenderung menjadi kelompok yang paling tidak memiliki kepastian pekerjaan. Sebagai akibatnya, krisis ekonomi global saat inipun tidaklah berbeda sebab para pekerja migran dari banyak negara mendapatkan diri mereka pada situasi yang memburuk.

Di Asia dan Timur Tengah, pekerja migran Indonesia kebanyakan bekerja di sektor konstruksi, manufaktur, perkebunan, pertanian, hotel dan katering, kesehatan dan jasa pelayanan perawatan, termasuk jasa pekerjaan rumah tangga. Dari sektor-sektor ini, sektor konstruksi, manufaktur, hotel dan katering saat ini paling banyak terkena dampak buruk krisi finansial global. Ribuan pekerja migran Indonesia pada perkonomian berorientasi ekspor telah mengalami pemutusan hubungan kerja seperti di Malaysia, Singapura, Taiwan, Korea dll. Karena kebanyakan keluarga mereka sangat bergantung pada pendapatan yang diterima para pekerja migran maka kondisi ini menjadi malapetaka khususnya ketika pekerja migran Indonesia kesulitan mencari pekerjaan baru baik di luar negeri maupun di Indonesia.

Untuk mendiskusikan dampak dari krisis tersebut pada pekerja migran Indonesia, Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) bekerja sama dengan JJFM 105.10 Surabaya, stasiun radio terdepan di Jawa Timur, mengadakan acara Diskusi Interaktif “Dampak Krisis Finansial pada Pekerja Migran Indonesia Khususnya di Jawa Timur” pada Hari Rabu 22 April 2009 di Ruang Pertemuan JJFM, Surabaya, Indonesia.

Diskusi akan menghadirkan M. Cholily (Ketua Serikat Buruh Migran Indonesia-SBMI, Jawa Timur), Heri Pratono (Dosen Universitas Surabaya), Rahayu (Kepala BP2TKI Jawa Timur), dan A. Y. Bonasahat (Koordinator Program Nasional Perlindungan Pekerja Migran Indonesia ILO Jakarta). Diskusi ini diadakan juga dalam rangka peringatan 90 Tahun ILO dan menjadi bagian dari rangkaian aktifitas peringatan 90 Tahun ILO.

Diskusi bertujuan untuk meningkatkan kesadaran tentang dampak krisis finansial di Indonesia sebagai negara pengirim pekerja migran nomor dua terbesar setelah Filipina. Kegiatan ini juga bertujuan untuk menggali diskusi interaktif diantara peserta dalam isu krisis finansial ini seperti hilangnya kesempatan kerja luar negeri, dampak pada kondisi kerja, dan bagaimana keluarga-keluarga pekerja migran bertahan dalam menghadapi berkurangnya pendapatan keluarga dari pekerjaan di luar negeri. Selain itu diskusi ini juga akan berbicara tentang peran pemerintah pusat dan daerah, organisasi non-pemerintah dan masyarakat lokal dalam menghadapi dampak krisis pada komunitas pekerja migran di Indonesia khususnya di Jawa Timur serta menggarisbawahi program-program yang sedang berjalan dan contoh praktik yang baik dalam upaya memenuhi kebutuhan pekerja migran dan keluarganya yang terkena dampak krisis.

Untuk keterangan lebih lanjut, hubungi:

Muhamad Nour
Koordinator Program Perlindungan Pekerja Migran ILO di Surabaya
Tel. +6231 535 6363
Email