Dampak kami, suara mereka

Bagaimana kaum muda Indonesia menanggapi pandemi COVID-19

ILO melakukan dua survei yang saling melengkapi untuk mempelajari dampak pandemi COVID-19 terhadap kaum muda Indonesia. Hasilnya mengungkapkan bagaimana kaum muda menghadapi krisis yang sedang berlangsung ini.

Feature | Jakarta, Indonesia | 10 February 2021

Galuh Sari, asisten perawat berusia 25 tahun, kehilangan pekerjaannya saat klinik kecantikan tempatnya bekerja selama dua tahun harus mengurangi pegawai karena pandemi COVID-19. Karantina dan pembatasan perjalanan membuat banyak pasien enggan mengunjungi klinik dan lebih memilih untuk tinggal di rumah.

Sementara di tengah kegembiraan kelulusannya dari universitas, Riza Djohan, 21 tahun, terpaksa harus menunda melamar pekerjaan. Akibat dampak pandemi terhadap perekonomian, ia tidak dapat menemukan lowongan kerja untuk pekerjaan dalam bidang pemasaran. Sambil menunggu lowongan kerja yang sesuai, ia memutuskan untuk mencoba berwirausaha secara digital dengan memanfaatkan pelantar usaha digital yang tersedia.

Kisah Galuh dan Riza merupakan cerminan kondisi kaum muda Indonesia yang terangkum dalam dua survei yang dilakukan ILO di tingkat global dan nasional pada 2020. Survei ini bertujuan untuk mengetahui dampak pandemi terhadap lapangan kerja bagi kaum muda.

Survei global ILO mencakup 437 orang muda Indonesia (62 persen perempuan dan 38 persen laki-laki); sedangkan survei nasional ILO menjangkau 505 orang (74 persen perempuan dan 26 persen laki-laki), yang dilakukan bersama dengan dua jaringan media muda terkemuka: CewekBanget.id dan HAI online. Mayoritas responden adalah pelajar, diikuti oleh pekerja muda dan mereka yang bersekolah dan bekerja.

ILO mengungkapkan bahwa kaum muda Indonesia merasa tidak siap jika harus terus bekerja dan/atau belajar dari rumah. Sekitar 76 persen di antaranya mengatakan produktivitas mereka menurun. Sementara bagi mereka yang bekerja, 53 persen mengalami penurunan pendapatan karena karena 70 persen dari mereka harus bekerja dari rumah.

Melengkapi hasil survei ILO, survei bersama menunjukkan bahwa responden mengalami kendala selama mereka belajar dan/atau bekerja dari rumah. Beberapa kendalan di antaranya adalah kurangnya kesempatan untuk berdiskusi secara interaktif, masalah koneksi internet, jam belajar dan jam kerja yang tidak pasti dan lebih lama serta masalah keuangan untuk membayar biaya internet.

Selain itu, pandemi telah menyebabkan 56 persen responden ILO harus melakukan penundaan studi. Tiga dari empat kaum muda mengaku belajar lebih sedikit selama pembelajaran daring karena pandemi.

Terlepas dari beberapa kendala yang harus mereka hadapi saat belajar dari rumah, kaum muda Indonesia tetap ingin meningkatkan keterampilan mereka. Survei ILO menemukan bahwa para responden (46,3%) tertarik untuk belajar bahasa asing dan informasi, komunikasi dan teknologi (ITK).

Sementara itu, survei bersama menunjukkan minat kaum muda untuk meningkatkan keterampilan mereka dengan belajar dari tutorial di media sosial (69,1%), mengikuti webinar gratis atau kelas daring (61%) dan membaca buku (46,3%).

Ketenagakerjaan dan kewirausahaan muda selama pandemi

Bagi pekerja muda, survei ILO menemukan bahwa satu dari lima responden harus berhenti bekerja karena pandemi. Sedangkan sekitar 228 responden mengalami pengurangan jam kerja.

Kaum muda Indonesia berminat membangun usaha daring
Kondisi serupa juga dialami 163 responden survei bersama ILO dengan CewekBanget.id dan HAI online. Mereka harus menunda mencari pekerjaan atau bahkan harus kehilangan pekerjaan. Akibatnya, sebagian besar responden (51,5 persen) merasa tidak yakin memiliki keterampilan yang dibutuhkan untuk mendapatkan pekerjaan.

Terkait minat kaum muda Indonesia untuk memulai dan mengembangkan bisnis daring, sekitar 41 persen responden survei gabungan menyatakan tertarik untuk memulai dan membangun bisnis daring. Faktanya, survei tersebut mengungkapkan bahwa 15 persen responden sudah memulai bisnis daring mereka pada masa pandemi.

Kaum muda menganggap media sosial sebagai salah satu alat untuk mendapatkan pekerjaan yang layak. Survei bersama menemukan bahwa 56 persen dari responden percaya bahwa penjenamaan (personal branding) di media sosial dapat membantu menemukan pekerjaan impian mereka.

Tendy Gunawan, Staf ILO untuk Ketenagakerjaan Muda, mengatakan bahwa survei ini memberikan gambaran yang lebih jelas tentang hambatan dan kendala yang harus dihadapi kaum muda selama pandemi COVID-19. “Krisis COVID-19 ini berdampak buruk bagi kaum muda, tidak hanya pada pekerjaan dan prospek pekerjaan, tetapi juga pada pendidikan dan pelatihan mereka,” kata Tendy, menambahkan pentingnya mendengarkan suara kaum muda untuk mengembangkan tanggapan yang lebih inklusif. Terhadap krisis.

Terkait pengembangan keterampilan, khususnya bagi kaum muda, Tauvik Muhamad, Manajer Proyek Keterampilan Jepang ILO, mengatakan bahwa pengembangan keterampilan dapat meningkatkan produktivitas dan membantu pekerja, termasuk kaum muda, dalam meragamkan peluang kerja mereka.

“Pengembangan keterampilan bahkan menjadi lebih penting karena ILO telah menyerukan pendekatan yang berpusat pada manusia dengan terfokus pada pengembangan keterampilan yang membantu orang, termasuk kaum muda, agar lebih tangguh terhadap perubahan yang disebabkan oleh krisis saat ini dan di dunia bekerja secara umum,” pungkasnya.

Dukungan ILO juga diberikan oleh dua proyek keterampilannya: Proyek Keterampilan Industri untuk Pertumbuhan Inklusif (In-Sight) Tahap II dan Proyek Bantuan Berkualitas bagi Pekerja yang Terkena Dampak Penyesuaian Kerja (UNIQLO).

Didanai oleh Pemerintah Jepang, tahap kedua Proyek In-Sight ini bertujuan untuk mempromosikan mekanisme dan pendekatan praktis yang memungkinkan industri dan tempat kerja menjadi pendorong pertumbuhan yang berkelanjutan dan inklusif di kawasan Asia.

Didanai oleh perusahaan induk UNIQLO, Fast Retailing Co., Ltd, Proyek ILO/UNIQLO memfasilitasi dialog tripartit dan memberikan bantuan teknis untuk merumuskan skema tunjangan pengangguran yang efektif dan komprehensif sebagai bagian dari sistem perlindungan sosial. Proyek ini akan berjalan selama dua tahun hingga 2021.